05 Februari 2022  DinSinKim  600 Kali Dibaca 

PROFIL

Desa Blender adalah desa di Kecamatan Karangwareng Kabupaten Cirebon di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.  

SEJARAH

Sejarah adalah kearifan yang dapat membimbing kita dalam mengarungi hidup saat ini dan merintis hari depan. Sejarah desa adalah sejarah yang penulisannya secara khusus berfokus mengenai desa atau pedesaan. Sejarah desa dapat dikatakan memiliki peran penting karena desa merupakan bagian dari identitas sebuah bangsa. Sejarah lisan bersumber dari cerita turun-temurun yang mengandalkan ingatan manusia, dimana terkadang ketika umur semakin menua daya ingat manusia juga semakin melemah ditambah lagi cerita yang diceritakan sangatlah bersifat subjektif. 

1. Asal Mula Desa

Asal mula Desa Blender belum diketahui secara pasti, namun dari beberapa penutur didapat keterangan sebagai berikut:

Sebelum menjadi Desa Blender, wilayah ini merupakan wilayah dusun/pedukuhan bagian dari Desa Karangwareng. Desa Karangwareng sendiri merupakan salah satu desa dengan wilayah yang luas mencakup wilayah yang sekarang menjadi Desa Karangwangi, Desa Blender dan Desa Karangwareng itu sendiri. 

Semasa penjajahan, orang asing sering mengucapkan kata 'Blunder' kepada masyarakat sekitar yang berlaku ceroboh atau berbuat salah. Berikut pelafalan kata "Blunder" :

atau kunjungi (Pelafalan Kata "Blunder").  Kata 'blunder' yang diucapkan orang asing terdengar \'belender\' oleh warga sekitar. Akhirnya warga sering mengucapkan hal yang sama kepada yang lainnya sebagai candaan atau sindiran tanpa mengetahui makna sebenarnya.

Awal dibentuknya, nama wilayah ini adalah Desa Belender. Namun karena pelafalan yang agak kaku dalam mengucapkannya, akhirnya pada Tahun 1990-an dengan sendirinya masyarakat mengucapkan belender menjadi blender dan nama Desa Belender-pun diubah namanya menjadi Desa Blender.

Sebelum Tahun 2007, Desa Blender merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Karangsembung. Pada Tahun 2007, terjadi pemekaran sebagian wilayah Kecamatan Karangsembung menjadi Wilayah Kecamatan Karangwareng. Dalam pemekaran wilayah ini, Desa Blender menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Karangwareng.

2. Pengrajin Gerabah dan Genting Atap

Sebelum tergerus oleh perkembangan zaman, beberapa warga Desa Blender merupakan pengarjin Gerabah dan Genting Atap. Bahan dasar gerabah dan genting atap sendiri merupakan tanah liat yang diolah yang kemudian dibakar untuk mendapatkan kamatangan dari tanah liat. Setelah dibakar bisa dipercantik dengan menggunakan cat untuk mendapatkan nilai jual tinggi.

Dalam perjalanannya, ketersediaan tanah sebagai bahan dasar semakin menipis. Lahan yang biasa pengrajin mengambil tanah dari tempat tersebut menjadi semakin rendah. Warga sekitar meminta para pengrajin untuk tidak lagi mengambil tanah di lahan tersebut. Pemerintah Desa pun turun tangan dan mempersilahkan pengrajin untuk mengambil tanah di lahan yang telah ditentukan, karena kondisi tanah di tempat tersebut masih tinggi.

Awalnya beberapa pengrajin mengikuti arahan dari Pemerintah Desa, namun seiring berjalannya waktu mereka merasa segan untuk mengambil tanah di tempat tersebut karena lokasi yang jauh dan merasa kesulitan untuk memindahkan tanah yang telah dikumpulkan ke gerobak (angkutan tradisional untuk mengangkut barang yang menggunakan tenaga manusia). Hal itu dikarenakan gerobak sendiri akan menjadi beban bila dibawa mendekat ke tempat pengambilan tanah, karena akses masuk yang bisa membuat roda gerobak terjebak di saluran air, lumpur atau tanah basah.

Persaingan harga dan kualitas serta minat konsumen yang mulai berkurang, membuat beberapa pengrajin akhirnya menutup usahanya. Kini beberapa tempat pengolahan, dijual oleh pemiliknya yang kemudian dialihfungsikan menjadi bagunan-bangunan.

3. Hulu Dayeuh

Terdapat sebuah area dikenal dengan nama "Hulu Dayeuh", demikian warga desa blender menyebutnya. Tempat tersebut berlokasi kurang lebih 1km ke arah barat Kantor Desa dan 100 meter dari sungai besar bernama Sungai Cijurai. 

Masyarakat masih meyakini bahwa area tersebut merupakan wilayah yang sangat angker dan sarat akan mistis serta mitos. Bahkan menurut cerita sebagian masyarakat menyatakan, bahwa karena saking angkernya jarang ada penduduk yang berani melintasi area tersebut ketika matahari mulai tenggelam. 

Dibalik keangkeran Huludayeuh adalah tempat tersebut sangat sakral dan dikeramatkan karena pada jaman dahulu diyakini bahwa Huludayeuh merupakan satu tempat yang dikenal sebagai satu tempat pemakaman kuno dengan satu bukti bentuk batu bata makam dengan lebar 20cm dan panjang 35cm, dan disana tumbuh satu pohon beringin yang cukup besar dimana dibawahnya terdapat 4 makam yg berdekatan. Disekitar makam tersebut terdapat beberapa makam yang berjejer tertata rapih dengan bentuk batu bata yang sama dengan lebar 20cm dan panjang 35cm, berjumlah sekitar 20 sampai 30 makam lebih. 

Bahkan menurut penuturan orang tua dulu, tidak ada yg tahu persis sejak kapan makam-makam tersebut dibangun. Namun masyarakat meyakini bahwa makam tersebut adalah makam penghulu dan leluhur Desa Blender.

Ada satu kisah menarik menurut penuturan sesepuh setempat, bahwa dulu ketika pembangunan pabrik genteng dan penggalian pasir di area tersebut, menemukan ada beberapa jenazah yang masih utuh bahkan mengeluarkan bau wangi layaknya jenazah yang baru dikebumikan.

Kini pohon beringin yang cukup besar dan sudah berumur ratusan tahun tersebut sudah tidak ada lagi dikarenakan tumbang sekitar tahun 1998, dan makam-makam tersebutpun sudah rata dengan tanah, hanya menyisakan tumbuhan-tumbuhan liar yang cukup rimbun.

3. Kepemimpinan Kuwu

Sejarah mencatat bahwa ada beberapa orang yang pernah dan sedang menjabat sebagai Kuwu Blender, diantaranya:

  1. Bapak Wafi
  2. Bapak Enjo
  3. Bapak Tiwong
  4. Bapak Salim
  5. Bapak Daja, memimpin desa dari Tahun 1965 sampai Tahun 1988
  6. Bapak Ukanda, mempimpin desa dari Tahun 1989 sampai Tahun 1997
  7. Bapak Ugum Mohammad Gumelar, memimpin desa dari Tahun 1999 sampai Tahun 2007
  8. Bapak Yaya Warya, memimpin desa dari Tahun 2008 sampai Tahun 2013
  9. Bapak Toni Supriatna, menjabat sebagai Pelaksana Tugas Kuwu dari Tahun 2014 sampai Tahun 2015
  10. Bapak Moch. Yunus Wahyuddin, memimpin desa dari Tahun 2016 sampai Tahun 2021
  11. Bapak U. Moh. Gumelar, kembali memipin desa untuk keduakalinya dari Tahun 2022 hingga sekarang

 

 

 

;

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

ARTIKEL LAINNYA